Kamis, 11 Juni 2015

Puasanya Para Nabi

              Alhamdulillah puji syukur kepada Allah yang masih memberikan kita umur hingga saat ini dan semoga disampaikan dengan bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan  penuh ampunan dan pahala yang berlipat ganda, bulan yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam bulan ini kaum mukmin diperintahkan untuk berpuasa satu bulan penuh.
              Puasa secara bahasa ialah menahan. Sedang puasa menurut syariat yaitu menahan dengan niat ibadah kepada Allah dari makan, minum, berkumpul suami/istri dan seluruh yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai kaum mukmin, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa". (QS. Al-Baqarah : 2 : 183)
              Jadi puasa Ramadhan juga telah diwajibkan kepada umat-umat terdahulu agar mereka bertaqwa.
             Menurut Ibnu Abbas, kalimat “Sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu” adalah Ahlul Kitab
              Apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas sebagaimana tafsir di atas, bersesuaian dengan apa yang terdapat dalam Al-Kitab pada pasal-pasal di bawah ini:
Yeremia 36 : 9 :
Adapun dalam tahun yang kelima pemerintahan Yoyakin bin Yosia, raja Yuda. Dalam bulan yang ke sembilan, orang telah memaklumkan puasa di hadapan Tuhan bagi segenap rakyat di Yerusalem dan bagi segenap rakyat yang telah datang dari kota-kotaYahuda ke Yerusalem.
              Dalam hitungan tahun hijriyah, urutan bulan-bulan hijriyah adalah sebagai berikut: Muharram, Shafar, Robiul Awal, Robiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Tsaniyah, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulqo’dah, Dzulhijjah.
              Dari urutan bulan-bulan di atas, bulan Ramadhan tetap pada bulan yang ke sembilan.
Imamat 23 : 29 :
Karena setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya.
              Adapun puasa mulai diwajibkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya pada hari Senin dari bulan Sya’ban tahun kedua Hijriyah. (Puasanya Para Nabi : Tinjauan al-Qur’an dan al-Kitab, hlm. 9-11)

SABAR


Ketahuilah, semua yang terjadi di alam ini telah ada ketetapannya. Tidak ada satu perkara pun yang bergeser dan menyimpang dari apa yang telah ditetapkan Alloh SWT. Allah telah menetapkan takdir seluruh makhluk, semenjak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rasulullah SAW. bersabda:

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya: “Allah telah menetapkan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”.[[1]]

Dalam kaitan ini, maka wajib bagi seluruh manusia untuk beriman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang buruk. Allahlah yang telah membagi rezeki, menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji hamba-Nya, menentukan apakah seorang hamba tersebut termasuk yang bahagia atau sengsara ketika di dunia. Allah juga telah menetapkan ajal seseorang, dan memastikan pula tempat tinggalnya di akhirat kelak, surga ataukah neraka. Semua yang terjadi adalah berdasarkan iradah-Nya, kehendak Allah.
Kemudian, sebagaimana yang kita rasakan, manusia hidup di dunia ini, tak pernah lepas dari kesusahan, kesengsaraan dan kesedihan. Ini semua merupakan ujian yang selalu datang silih berganti[[2]]. Timbullah satu pertanyaan dalam diri kita, bagaimana menyikapi/menghadapi cobaan/ujian dari Allah SWT???


Allah SWT berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu”.[[3]]

Ayat tersebut adalah salah satu jawaban terhadap pertanyaan yg timbul tadi, dalam hal ini Allah SWT. memerintahkan kepada kita agar senantiasa bersabar dalam menjanali kehidupan di dunia ini.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ حَتَّى الشَّوْكَةِ تُصِيبُهُ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ

Artinya: "Tidak ada satupun musibah (cobaan) yang menimpa seorang mukmin walaupun berupa duri, melainkan dengannya Allah akan mencatat untuknya satu kebaikan atau menghapus satu kesalahannya."[[4]]

Dari hadits di atas kita ketahui bahwa, seseorang yang disebut mukmin pasti akan diuji/dicoba oleh Allah dalam kehidupannya, dan tidak ada yang dapat menghadapi cobaan tersebut kecuali orang yang sabar. Bersabar bukan berarti menerima dan pasrah saja terhadap ujian/cobaan yang menimpa kita, akan tetapi yang dimaksud bersabar adalah bertindak sesuai situasi dan kondisinya secara proporsional. Jadi, apabila kita ditimpa ujian/cobaan kita tidak hanya menerimanya saja melainkan kita harus berusaha untuk menyelesaikannya. Inilah yang dinamakan SABAR!!! 
Sabar adalah solusi terbaik untuk mengatasi ujian/cobaan yang menimpa kita, karena sabar merupakan suatu perbuatan/sikap yang mulia yang telah Allah SWT jelaskan dalam Firman-Nya.


Allah SWT berfirman:

وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

  Artinya: “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan (Mulia)[[5]]

Dari penjelasan di atas maka, kita dapat mengambil satu kesimpulan bahwa, tidak ada manusia yang hidup di dunia ini tanpa dihadapkan pada ujian dan cobaan yang silih berganti, dan tidak ada yang dapat mengahadapi semua cobaan dan ujian kecuali orang-orang yang sabar. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang sabar. Aamiin!!!

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

Artinya: “Ya Allah ampunilah orang-orang muslim dan muslimah, dan orang-orang mu’min dan mu’minah yang masih hidup dan yang telah tiada, sesungguhnya engkau maha mendengar, mengawasi lagi maha pengabul do’a.”

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

Artinya:“Ya tuhan kamia, janganlah ngkau hukum kami jika kami lupa atau kamu salah. Yatuhan kami, janganlah ngkau bebankan kepada kami beban yang beratsebagaimana ngkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya tuhan kami, janganlah ngkau pikulkan kepada kamiapa yang tak sanggunp kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami,. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kamim terhadap kaum yang kafir.”

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

            Artinya: “Ya tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan peliharalah kami dari kami dari siksa neraka.”



[1] HR Muslim no. 4797 Perawinya Ahmad bin ‘Amru bin ‘Abdullah bin ‘Amru As Sarh, beliau seorang Tabi’ut Atba’ kalangan tua, kuniah beliau Abu Ath Thahir, beliau hidup di Maru dan wafat pada tahun 250 H. Abu hatim berkomentar terhadap hadit ini “La ba’sa bih”, sedangkan An Nasa’I dan Ibnu Hajar al ‘Asqalani berkomentar”Tsiqah”.
[2] Abu Ziyad Agus Santoso As-Sunnah, Edisi 03/Tahun XI/1428/2007M
[3] QS Muhammad (47):31
[4] HR Muslim no. 4669 perawinya Harmalah bin Yahya bin ‘Abdullah bin Harmalah, beliau seorang Tabi’ul Athba’ kalangan pertengahan, kuniah beliau Abu Hafsh, beliau hidup di Maru dan wafat pada 244 H. Ibnu Hibban berkomentar terhadap hadits ini “Disebutkan dalam ‘Ats Tsiqaat”, Ibnu Hajar al ‘Asqalani berkomentar “Shaduuq” dan Abu hatim berkomentar “Laa Yuhtaj”.
[5] QS Ash Shura (42):43

BIOGRAFI SAYYID QUṬB


Sayyid Quṭb dilahirkan pada tanggal 9 Oktober 1906 di Musha, Asyut, Mesir atas (325 kilometer dari Kairo) dari keluarga yang memiliki tanah yang luas, meskipun tidak kaya. Ayahnya pemuka desa dan menikah dua kali. Dia memiliki satu saudara laki-laki yang lebih tua yaitu Muhammad dan dua orang adik perempuan bernama Hamidah dan Aminah. Ayahnya tuan rumah yang dermawan sehingga memaksakan dirinya menggadaikan tanahnya, dan terkadang terpaksa melepaskan tanahnya kepada para pemberi kredit.[1]
Sayyid Quṭb mendapat pendidikan pertama kali di rumahnya dari orangtua yang kuat beragama. Pada usia enam tahun, Sayyid Quṭb diantar ke sekolah rendah di kampungnya, Asyut. Pada usia tujuh tahun, dia telah mulai menghafalan al-Qur’an sehingga ketika berumur sepuluh tahun dia telah menghafal seluruh isi al-Qur’an.[2]
Sayyid Quṭb adalah salah seorang tokoh Islam yang berjuang secara totalitas untuk agama Islam. Dia merelakan masa hidupnya untuk Allah s.w.t dan mempersembahkan nyawanya demi keyakinan dan aqidahnya kepada Allah s.w.t. dengan menuangkan jiwa dan pikirannya yang luar biasa dalam lembar-lembar tulisan tangannya dengan untaian kata yang penuh makna dan bernilai sastra. Hampir semua orang yang membaca tulisan-tulisannya dapat merasakan getar ruhani dan pikirannya yang sangat mengguncang.[3]
Sayyid Quṭb juga seorang ulama yang penuh keseriusan dalam usahanya mewujudkan semangat Islam dalam kehidupan manusia seluruhnya sebagaimana dimaksud dan diterangkan oleh Rasulullah s..a.w. Dia adalah seorang mujahid yang penuh militansi dan keberanian serta terayom oleh dekapan-dekapan iman dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam sebagai landasan dan pandangan hidup di bumi Allah, karenanya ia tidak merasa sedikit pun kecut mendekam di balik jeruji-jeruji besi, dan pada akhirnya pasrah menyerahkan akhir hayatnya di tiang gantungan orang-orang Tiran, dengan jiwa yang tenang dan diliputi kerinduan bertemu Allah.[4]
Selama hidupnya, Sayyid Quṭb telah banyak berbuat untuk Islam dan umatnya. Dijalani hidupnya tanpa sia-sia, dengan mengungkapkan pemikiran-pemikiran baiknya dan meninggalkan jejak-jejak segarnya yang tertuang dan terukir dalam berbagai karya bukunya.[5]
Pesan utama yang ditekankan Sayyid Quṭb di dalam tulisan-tulisannya adalah konsep tauhid dari sudut Al-Uluhiyah. Menurutnya, inti dari tauhid tersebut adalah hak Allah sebagai Zat pembuat peraturan. Oleh karena itu, menurutnya, “la ilaaha illallah” adalah pernyataan revolusi[6] terhadap seluruh kedaulatan yang berkuasa di atas muka bumi. Seluruh kedaulatan tersebut harus dikembalikan kepada hak-Nya.[7]
Pada 1948-1950, Sayyid Quṭb berkunjung ke Amerika Serikat untuk belajar tentang metode pendidikan barat (Western Methods of Education). Ia belajar di Wilson’s Teachers’ College (saat ini bernama The university of the District of Columbia) pada the University of Northern Colorado’s Teachers’ College. Ia meraih gelar MA di universitas itu dan juga di Stanford University. Setelah tamat kuliah, Sayyid Quṭb juga pernah berkunjung ke Inggris, Swis, dan Italia.[8]
Pengalaman hidupnya lebih dari dua tahun di Amerika itu, tampaknya menjadi ‘titik balik’ yang penting dalam hidupnya. Ia bukan menjadi pengagum Amerika, malah justru menjadi pengkritik Amerika (Barat) yang tajam dan segera setelah ia kembali ke Mesir pada 1952, ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.[9]
Sayyid Quṭb kemudian bergabung dengan gerakan Islam Ikhwanul Muslimin dan menjadi salah satu seorang tokohnya yang berpengaruh, di samping Hasan al-Hudaibi dan Abdul Qadir Audah. Sewaktu larangan terhadap Ikhwanul Muslimin dicabut pada tahun 1951, ia terpilih menjadi seorang anggota pelaksana dan memimpin bagian bidang dakwah. Selama tahun 1953, ia sering menghadiri konferensi di Suriah dan Yordania, dan sering memberikan ceramah tentang pentingnya akhlak sebagai prasyarat kebangkitan umat.[10]
Pada tahun 1954, sekitar bulan Juli, ia menjadi pimpinan redaksi harian Ikhwanul Muslimin. Akan tetapi baru dua bulan usianya, harian itu ditutup atas permintaan Presiden Mesir Kolonel Gamal Abdul Nasser karena mengecam perjanjian Mesir-Inggris 7 Juli 1954.[11]
Pada tahun 1955, sekitar bulan Mei, Sayyid Quṭb termasuk salah seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin yang ditahan setelah organisasi itu dilarang oleh Presiden Nasser dengan tuduhan berkomplot untuk menjatuhkan pemerintah. Pada Juli 1955, pengadilan rakyat menjatuhkan hukuman lima belas tahun kerja berat. Ia ditahan di beberapa penjara di Mesir hingga perrtengahan tahun 1964.[12] 
Pada tahun 1964, ia dibebaskan atas permintaan Abdul Salam Arif, presiden Irak yang mengadakan kunjungan ke Mesir. Setahun kemudian ia ditangkap lagi bersama saudara-saudaranya dan 20 ribu orang, termasuk diantaranya 700 wanita. Tanggal 12 April 1966, Qutb diadili oleh pengadilan Militer dengan tuduhan berupaya menumbangkan pemerintahan Mesir dengan kekerasan lewat karya Ma’alim fi aththariq-nya. Pada 21 Agustus 1966, Ia bersama Abdul Fatah Ismail dan Muhammad Yusuf Hawwasy dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Kemudian ia bersama dua orang temannya dihukum gantung pada tanggal 29 Agustus 1966.[13]



[1]David Sagiv, Islam Otentitas Liberalisme, alih bahasa: Yudian W. Asmin, (Yogyakarta: LKiS, 1997), hlm. 39.
[2]  Imam Fauzan, 100 Tokoh Islam Terkenal di Dunia, (Tangerang Selatan: Mediatama Publishing, 2012), hlm. 202.
[3] Ibid., hlm. 201.
[4] Anwar Wahdi Hasi, “Pengantar Penerjemah”, dalam Sayyid Quṭb, inilah islam, terj. Anwar wahdi Hasi, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986), ix.
[5] Ibid..
[6] Revolusi adalah 1. Perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan persenjataan). 2. Perubahan yang cukup mendasar di suatu bidang: Dialah pelopor dalam bidang arsitektur bangunan bertingkat. 3. Peredaran bumi dan pelanet-pelanet lain dalam mengelilingi matahari. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline. 
[7] Imam Fauzan, 100 Tokoh..., hlm. 202. 
[8] Nuim Hidayat, Sayyid Quṭb: Biografi dan kejernihan pemikirannya, (Jakarta: Perspektif, 2005), hlm. 41.
[9] Ibid..
[10] Sayyid Quthb, Fi Zhilalil-Qur’an, Cet. I, Jilid. 1, (Beirut: Darusy-Syuruq, 1412 H/1992 M), hlm. 406.
[11] Ibid..
[12] Ibid..
[13] David Sagiv, Islam,  hlm. 38-40.

Selasa, 25 Juni 2013

Agar Ramadhan Lebih Bermakna



Kalo Tasya begitu kegirangan saat menyanyikan lagu Libur Telah Tiba, maka kita juga kudu bahagia dan senengnya bukan main saat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Senang, sebab Ramadhan menjanjikan segalanya, khususnya memberi “bonus pahala” kepada kita dalam beribadah. Bahagia, karena nyaris semua orang berlomba dalam memperbanyak amalan baiknya. Sehingga, peluang untuk berbuat dan menyaksikan maksiat bisa diperkecil. Maklum, saat Ramadhan, dari mulai anak-anak, remaja, sampai bapak-ibu, kakek-nenek, semua gesit nyari pahala. Yang tadinya jarang ke masjid kalo sholat, saat Ramadhan, semuanya tumplek-blek di masjid. Tadarus dan baca al-Quran selepas Isya, juga mampu mengalihkan perhatian sebagian besar umat Islam dari lagu-lagu yang selama ini jadi favoritnya.
Bukan cuma kita, yang orang biasa, para selebritis pun jadi rajin bawain dan ngisi acara-acara bernuansa Islam. Entah di radio atau di televisi. Terlepas dari beragam niat dan tujuannya, yang jelas para selebritis udah tampil rada sopan. Yup! Ramadhan memang mampu memberi nuansa yang berbeda dengan bulan lainnya. Itu sebabnya, bulan Ramadhan selalu disambut gempita oleh sebagian besar kaum muslimin. Maklum, dari keterangan yang sering didengar dari para ustadz, bahwa Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, ampunan, dan terbebasnya dari siksa api neraka. Tentu dengan catatan, bahwa kita memanfaatkan bulan Ramadhan dengan aktivitas yang benar dan baik.
Oya, meski bulan Ramadhan belum masuk, tapi paling nggak kita udah nyiapin beragam kegiatan dan persiapan dong. Sekarang aja, gemanya mulai mengisi hari-hari kita. Apalagi di sini, nuansa Ramadhan udah terasa banget. Coba aja dengerin, petasan udah terdengar di mana-mana. Lho kok? Maklum kawan, meski nggak ada sejarahnya kalo Ramadhan identik dengan nyundut petasan, tapi di negeri ini kayaknya seperti udah menjadi tradisi. Utamanya bagi anak-anak memang. Entah hubungannya apa.
Sobat muda muslim, seperti tahun-tahun sebelumnya, kita udah siap dengan beragam kegiatan; ada sanlat, ada kajian Islam, seminar, tabligh akbar, sampai pembagian sembako. Pokoknya, seluruh program acara sengaja dikemas sedemikian rupa, supaya mencerminkan nuansa islami. Tentu saja, kegiatan seperti ini layak dipertahankan dan terus dikembangkan. Dengan harapan, nantinya bukan sekadar bentuk seremonial belaka, tapi lebih karena terdorong dari sisi ideologis. Artinya, kita rajin beribadah dan beramal baik jangan hanya pas bulan Ramadhan aja, tapi setelah Ramadhan malah kembali senewen. Ih, jangan sampe deh. Bahkan harusnya, Ramadhan ini adalah momentum (saat yang tepat) untuk memupuk semangat keislaman kita. Betul nggak?
Aduh, jadi kebelet pengen cepet nyampe hari “H”-nya. Bener. Saking kangennya. Nggak salah-salah amat kalo grup musik Bimbo pernah melatunkan lagu bernada “sedih”, karena khawatir nggak ketemu lagi Ramadhan di tahun berikutnya. Nikmat, sejuk, damai, dan tenteram saat Ramadhan. Bener-bener bikin nyaman ati. Gimana nggak, setiap orang berusaha untuk berbuat baik; sebanyak-banyaknya dan sekuat-kuatnya. Hingga yang kita saksikan adalah, setiap orang mengejar pahala. Coba, kalo tiap hari sepanjang tahun begitu, kayaknya bahagia banget deh kita hidup. Sebab, banyak orang yang taat dan getol melaksanakan amal shaleh. Dunia aman deh. Nggak ada pencurian, perkosaan, perzinaan, korupsi, dan perbuatan maksiat lainnya.
Nah, agar Ramadhan ini terasa lebih bermakna, maka kita kudu bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Jangan sampe deh puasa kita, yang merupakan aktivitas utama dari kewajiban di bulan Ramadhan ini, sia-sia. Itu artinya, nggak ada nilai baiknya sama sekali di hadapan Allah karena ternodai oleh perbuatan-perbuatan salah yang kita lakukan. Hati-hati ya…

Nikmadhanatnya Ramadhan
 
Dalam kehidupan sehari-hari aja, kita suka menjumpai hal-hal yang indah dan nikmat, yang rasanya sayang kalo dilewatkan begitu saja. Misalnya, ada produsen sebuah produk yang getol bikin promosi—dengan harapan konsumen bisa terpikat—selalu bikin penawaran khusus. Seperti menawarkan beragam diskon dan bonus bagi setiap orang yang membeli produk tertentu di bulan tertentu. Itu sebabnya, biasanya banyak orang yang mau memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Boleh dibilang Ramadhan mirip-mirip begitu lah. Allah Swt. di bulan Ramadhan memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk memanfaatkan nikmat dan indahnya Ramadhan. Maka sayang sekali kalo berlalu begitu saja tanpa ada aktivitas amal shaleh yang kita lakukan. Sebab, saat Ramadhan Allah memberikan “bonus” yang besar dalam ibadah kita. Abu Hurayrah mengatakan, bahwa Rasulllah saw. bersabda:

 إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Apabila tiba bulan Ramadan, dibuka pintu-pintu Surga dan ditutup pintu-pintu Neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu (HR Bukhari Muslim)
Maka sungguh aneh kalo ada kaum muslimin yang ogah-ogahan begitu datang Ramadhan. Yakinlah, dengan puasa bukan berarti kita tambah kurus dan menderita. Justru kita jadi sehat dan dapat pahala pula. Pokoknya, sayang deh kalo Ramadhan dibiarkan begitu saja tanpa diisi dengan aktivitas amal shaleh.

Nahan lapar, nahan nafsu

Emang sih, kalo disuruh nahan rasa lapar, kayaknya di antara kita banyak yang sanggup deh. Apalagi cuma sehari (sekitar 12 sampe 14 jam), para mahasiswa yang melakukan demo dengan mogok makan aja bisa tahan tiga sampe empat hari. Insya Allah kamu bakalan pada kuat deh. Hari-hari biasa aja tahan nggak makan seharian kan? Misalnya karena rasa laparnya “terobati” dengan main video game. Ada lho, yang main vidgim sampe lupa makan, lupa sholat, dan lupa diri. Jadi, dari sisi nahan untuk tidak memenuhi kebutuhan jasmani pada bisa dan kuat. Adik-adik kita aja yang masih SD kuat, kok.
Persoalannya, ternyata banyak yang gagal dalam menahan hawa nafsu. Bener lho. Udah banyak faktanya. Sekadar contoh, mulutnya emang puasa dari makan dan minum, tapi nggak puasa dari ngomongin kejelekan orang lain. Nah lho? Puasanya emang nggak batal, tapi pahalanya bisa berkurang karena ngomongin kejelekan orang alias ghibah atawa ngegosip.  Wrkchk….
Rasulullah saw. bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga”  (HR Ahmad)
Sobat muda muslim ada beberapa hal yang kayaknya perlu diperhatikan lagi dalam aktivitas puasa Ramadhan nanti. Paling nggak, ini sebagai rambu-rambu supaya kita selamat dalam perjalanan mengarungi Ramadhan ini. Nah, dalam urusan menahan lapar dan nafsu ini bisa disiasati dengan beragam aktivitas yang bisa menjaga puasa kita. Di antaranya adalah:
Pertama, jaga kondisi tubuh. Caranya? Olah raga adalah alternatif paling murah. Istirahat cukup. Tapi jangan  kebanyakan lho. Mentang-mentang kalo puasa tidur juga ibadah, seharian tidur melulu. Ih, malu dong, masa udah bangkotan masih kayak anak kecil aja. Menjaga kondisi tubuh tentu tujuannya agar kita bisa sukses menjalani puasa tanpa kudu ada yang bolong-bolong. Emang sih, kalo sakit bisa diganti di hari lain di luar Ramadhan, tapi alangkah nikmatnya bila kita full puasa selama sebulan penuh (kecuali anak putri, yang kayaknya mesti nggak penuh puasanya, alasannya tahu sendiri kan?)
Kedua, banyakin aktivitas amal sholeh. Werrrhh.. bukannya kalo banyak aktivitas malah capek, Mas? Begini sayang, aktivitas di sini adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan amal baik kita; seperti getol tarawih berjamaah di masjid, tadarus al-Quran, bikin atau ikut acara sanlat, menghadiri kuliah shubuh, ceramah Ramadhan, seminar tentang kajian Islam. Wis, pokoke, banyak aktivitas yang kudu kita jalani. Dan pastikan, niatnya adalah dalam rangka mencari pahala. Jadi, pahala kita dari kegiatan lain bertambah dan puasa kita juga selamat karena banyak aktivitas. Lagian kalo diem aja, jarum jam kayaknya berjalan lambat banget. Tapi kalo ada kegiatan di luar, jadi nggak terasa. Eh, tahu-tahu udah mau buka lagi. Enak kan? Hanya saja, tenaga kamu juga jangan terkuras abis. Itu sebabnya, pagi-pagi olah raga kecil aja. Untuk menjaga stamina tubuh.
Ketiga, hindari perbuatan maksiat, baik yang terang-terangan maupun tersembunyi. Well, ini dia yang rada susah. Terus terang aja, untuk urusan nahan lapar, insya Allah kita kuat. Tapi bila harus nahan godaan hawa nafsu, kayaknya bagi sebagian teman remaja ada yang kesulitan. Tapi bukan berarti tanpa bisa diselesaikan lho. Insya Allah, asal kita mau berusaha pasti bisa.
Tapi, ya namanya juga manusia, tempatnya lupa dan salah. Adakalanya kita tanpa terasa atau bahkan sengaja berbuat maksiat. Biasanya nih, tanpa terasa—bisa juga karena ketidaktahuan kita—suka mencampur-adukan antara yang hak dan yang bathil. Pergi ke masjid sih emang getol, tapi pas yang lain khusyu sholat, eh doi malah asyik masyuk ama gebetannya. Oya, bukan hanya malam hari lho remaja yang melakukan maksiat secara “terselubung”, acara jalan-jalan selesai shalat shubuh pun jadi alternatif aktivitas yang bisa nyerempet-nyerempet dosa. Bener lho. Dan kayaknya udah pada mafhum deh, kalo banyak remaja yang jjs campur-baur antara yang laki dan perempuan. Aduh, bisa-bisa menguap deh pahala puasa kita. Bener sayang, mungkin sebagian di antara kamu nggak merasa kalo itu adalah peluang untuk berbuat dosa. Bayangin, kalo setiap hari sepanjang Ramadhan kita berbuat begitu, bisa-bisa puasa kita cuma dapat lapar dan dahaga saja. Naudzubillah min dzalik.
Oya, jangan salah lho, saat puasa kita juga terlarang untuk ngomongin yang jorok, keji, atau tercela. Kenapa? Bisa ngurangi pahala puasa kita, sayang. Kalo ada teman kamu yang nekat ngajakin kamu untuk ngegosip, berkata kotor, jorok dan keji misalnya, kamu jangan tergoda. Malah harusnya kamu nasihatin aja. Terus bilang bahwa kamu sedang puasa. Dan seharusnya saat kamu ngomong begitu doi paham, bahwa bila sedang puasa nggak boleh (terlarang) untuk melakukan itu. Abu Hurayrah mengatakan, bahwa Nabi saw. bersabda:

إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ

Apabila seseorang darip kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa (HR Bukhari Muslim)
Keempat, hilangkan aktivitas yang miskin manfaat bagi puasa kita. Main gim seharian? Walah, meski aktivitas itu tergolong mubah alias boleh-boleh saja dilakukan, tapi kalo seharian gimana urusannya? Kawan, puasa bukan berarti menghambat aktivitas kita yang lain. Sehingga pengennya di rumah aja. Itu nggak bener, dan yang pasti bisa bikin Ramadhan nggak bermakna. Meski tujuan main gim atau main ludo, halma, monopoli, ular tangga, karambol, bakar petasan, dan jenis mainan lainnya adalah untuk menghilangkan kejenuhan, tapi bukan berarti seharian penuh dan setiap hari selama Ramadhan kita begitu. Wah, bisa-bisa Ramadhan nggak ada bedanya dengan bulan yang lain. Nggak nikmat dan nggak bermakna. Jangan sia-siakan “bulan bonus” dari Allah ini, kawan.
Sobat mudah muslim, fakta-fakta tersebut jelas-jelas bikin kacau-balau ibadah kita kan? Itu namanya udah melecehkan ibadah kita sayang, jangan sampe itu terulang kembali di bulan Ramadhan ini. Yang lalu, biarlah berlalu, sekarang kita buka lembaran baru. Jangan sampe puasa kita jadi sia-sia alias nggak ada nilainya. Cetet ya….
Nah, supaya Ramadhan tahun ini lebih bermakna, kita siapin segala bekal untuk terjun di medan yang penuh dengan pahala, sekaligus tantangan. Jangan sampe ada di antara kamu yang ogah atawa malas, apalagi uring-uringan saat Ramadhan tiba. Justru inilah kesempatan kita untuk memperbaiki kualitas amal kita, dan sekaligus memperbanyak amal shaleh. Siap?